ed on April 19, 2009 by antoys jabar jabar jawa barat yang terkenal dengan budaya sunda, budaya sunda terasa kental sekali melekat pada masyarakat jawa barat mulaia dari bahasa yang unik , tarian jaipongnya yang sudah terkenal dan wayang goleknya yang juga unik dan mengagumkan, yang tidak kalah mengagumkan adalah angklung ini adalah alat musik yang terbuat dari bambu yang menghasilkan suara khas yang tiada duanya, ini adalah ciri khas jawa barat berikut beberapa foto dari budaya jawa barat angklung angklung tari jaipong tari jaipong wayang golek wayang golek budaya jabar budaya jabar angklung angklung angklung angklung wayang golek wayang golek tari tari tari jaipong tari jaipong tarian tarian kecapi kecapi

Jumat, 16 Desember 2011



pertunjukan wayang golek
Wayang Golek adalah boneka kayu yang dimainkan berdasarkan karakter tertentu dalam suatu cerita pewayangan. Dimainkan oleh seorang Dalang, yang menguasai berbagai karakter maupun suara tokoh yang dimainkan.  Wayang golek sangat digemari oleh masyarakat Sunda khususnya. Lazimnya wayang golek dipergelarkan pada malam hari sampai dini hari.
jaipong

Tari Jaipong adalah pengembangan dan berakar dari Tarian Klasik "Ketuk Tilu". Sebagai tarian pergaulan, tari Jaipong telah berhasil dikembangkan oleh Seniman Sunda menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat (khususnya), bahkan populer sampai di luar Jawa Barat.
angklung

Angklung  adalah instrumen musik yang terbuat dari bambu, yang unik, enak didengar, menarik dan mudah untuk  memainkannya. Selain dapat dimainkan untuk lagu instrumentalia, angklung juga dapat dipergunakan sebagai instrumen pengiring penyanyi.
ketuk tilu

Tari Ketuk Tilu. telah ada kira-kira di era 1809, dimana ketika dibuatnya Grote Pas Weg, tarian ketuk tilu telah dikenal oleh masyarakat luas di Jawa Barat.   Sebagai tarian rakyat tradisonal, tari ketuk tilu memiliki tata rias dan busana khas.
Sesuai namanya Tarian Ketuk Tilu berasal dari nama sebuah instrumen atau alat musik tradisonal yang disebut "ketuk" sejumlah 3 (tiga) buah.   Sebagaimana musik pengiring tarian lainnya, instrumen ketuk tilu dimainkan secara gabungan dari berbagai alat musik atau instrumen musik tradisonal yang menciptakan harmoni lagu khas pengiring tarian maupun nyanyiannya.
rampak kendang
Rampak Kendang Kendang adalah salah satu instrumen musik tradional yang dimainkan bersama-sama instrumen lainnya, sehingga dapat menciptakan musik yang harmonis.

Perkembangan selanjutnya, kendang tidak saja dimainkan dengan berbagai instrumen lainnya, tapi dimainkan secara tunggal dalam arti satu jenis instrumen musik, namun dimainkan dalam jumlah banyak dan menciptakan suatu irama tersendiri.

Kesenian Jawa barat

Posted by budaya on November 1, 2010 in Kesenian Jawa barat |
Seni musik dan suara
A. Angklung


Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang
ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya
angklung masih sebatas kepentingan kesenian local atau tradisional.
B. Degung


Degung merupakan sebuah kesenian sunda yang biasanya dimainkan pada acara hajatan. Kesenian degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar. Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu,Gendang, Goong, Kempul, Saron, Bonang, Kacapi, Suling, Rebab, dan sebagainya. Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebagai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya. Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari.
C. Rampak gendang


Rampak Gendangmerupakan kesenian yang berasal dari Jawa Barat. Rampak Gendang ini adalah pemainan menabuh gendang secara bersama-sama dengan menggunakan irama tertentu serta menggunakan cara-cara tertentu untuk melakukannya, pada umumnya dimainkan oleh lebih dari empat orang yang telah mempunyai keahlian khusus dalam menabuh gendang. Biasanya rampak gendang ini diadakan pada acara pesta atau pada acara ritual.
D. Rengkong


Rengkong adalah salah satu kesenian tradisional yang diwariskan oleh leluhur
masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun 1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang
yang pertama kali memunculkan dan mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk
kesenian ini sudah diambil dari tata cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi
sampai dengan menuainya.
E. Kuda renggong


Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta selop.
F. Kecapi suling


Kacapi Sulingadalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu permainan alat musik tradisional yang memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh Mamaos (tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda, yang pada umumnya nyanyian atau lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi perempuan, yang dalam bahasa sunda disebut Sinden. Kacapi suling ini biasanya digunakan untuk mengiringi nyanyian sunda. Sunda. Kacapi Suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.
Seni Tarian
A. Tari jaipong
Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah modern karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaituDegung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
B. Tari Ketuk tilu


Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.
C. Tari merak

Tari merak merupakan tarian tradisi suku sunda yang menggambarkan burung-burung merak yang sedang menari dengan gembira , tarian ini dibawakan oleh penari wanita-wanita sunda . dan biasanya tarian merak ini dibawakan untuk acara perkawinan ataupun menyambut tamu yang datang berkunjung ke tanah sunda .
D. Tari topeng

Tari topeng ini adalah tarian suku sunda yang dibawakan oleh sekelompok orang penari pria atau wanita, yang menggunakan topeng khas suku sunda , dan biasanya tarian ini untuk menyambut tamu-tamu yang ingin berkunjung datang , dan sebagai pementasan pada saat acara-acara tertentu .Seperti perkawinan,khitanan,dan sebagainya.
E. Kuda lumping

Kuda Lumpingmerupakan kesenian yang beda dari yang lain, karena dimainkan dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan memainkannya seperti kesurupan. Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang sudah kesurupan itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi dengan tabuhan gendang dan terompet. Keanehan kesenian ini adalah orang yang memerankannya akan mampu memakan kaca serta rumput. Selain itu orang yang memerankannya akan dicambuk seperti halnya menyambuk kuda. Biasanya kesenian ini dipimpin oleh seorang pawang. Kesenian ini merupakan kesenian yang dalam memainkannya membutuhkan keahlian yang sangat husus, karena merupakan kesenian yang cukup berbahaya.
F. Reog


Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebutReog, kesenian ini pada umumnya ditampilkan dengan Bodoran, serta diiringi dengan musik tradisional yang disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang yang mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini ditampilkan dengan membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan adalah cerita lucu atau lelucon.
G. Wayang golek


Wayang Golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat, yaitu pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musikDegung lengkap denganSinden nya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, sepertiRamayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India. Dalam Wayang Golek, ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Dawala danCepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.

BUDAYA JAWA BARAT

jabar
jabar
jawa barat yang terkenal dengan budaya sunda, budaya sunda terasa kental sekali melekat pada masyarakat jawa barat mulaia dari bahasa yang unik , tarian jaipongnya yang sudah terkenal dan wayang goleknya yang juga unik dan mengagumkan, yang tidak kalah mengagumkan adalah angklung ini adalah alat musik yang terbuat dari bambu yang menghasilkan suara khas yang tiada duanya, ini adalah ciri khas jawa barat berikut beberapa foto dari budaya jawa barat
angklung
angklung
tari jaipong
tari jaipong

wayang golek
wayang golek
budaya jabar
budaya jabar
angklung
angklung
angklung
angklung
wayang golek
wayang golek
tari
tari
tari jaipong
tari jaipong
tarian
tarian
kecapi
kecapi

tari merak


Jawa Barat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jawa Barat
— Provinsi —
Lambang Jawa Barat
Lambang
Motto: "Gemah Ripah Repeh Rapih"
(Bahasa Sunda: "Makmur Sentosa Sederhana Rapi")
Peta lokasi Jawa Barat
Negara Indonesia
Ibu kota Bandung
Koordinat 8º 0' - 5º 40' LS
106º 0' - 109º 0' BT
Pemerintahan
- Gubernur H. Ahmad Heryawan
- Wakil Gubernur H. Yusuf Macan Effendi
- DAU Rp. 1.181.553.108.000,- (2011)[1]
Luas[2]
- Total 34.816,96 km2
Populasi (2010)[3]
- Total 43.021.826
- Kepadatan 1.235,7/km²
Demografi
- Suku bangsa Sunda (73,73%), Jawa (11,04%), Betawi (5,33%), Cirebon (5%), Batak (0,77%), Minangkabau (0,47%), Tionghoa (0,46%)[4]
- Agama Islam (93,87%), Protestan (4,34%), Katolik (1,11%), Buddha (0,46%), Hindu (0,22%)[5]
- Bahasa Bahasa Sunda, Bahasa Cirebonan, Bahasa Cirebon dialek Indramayu, Bahasa Melayu dialek Betawi (Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat (Perda Prov. Jabar) No. 5 Tahun 2003)
Zona waktu WIB
Kabupaten 17
Kota 9
Kecamatan 558
Desa/kelurahan 5.778
Situs web http://www.jabarprov.go.id

Jawa Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota Bandung. Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Bagian barat laut provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ibu kota negara Indonesia. Pada tahun 2000, Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan berdirinya Provinsi Banten, yang berada di bagian barat. Saat ini terdapat wacana untuk mengubah nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan, dengan memperhatikan aspek historis wilayah ini.[6][7] Namun hal ini mendapatkan penentangan dari wilayah Jawa Barat lainnya seperti Cirebon dimana tokoh masyarakat asal Cirebon menyatakan bahwa jika nama Jawa Barat diganti dengan nama Pasundan seperti yang berusaha digulirkan oleh Bapak Soeria Kartalegawa tahun 1947 di Bandung maka Cirebon akan segera memisahkan diri dari Jawa Barat[8], karena nama "Pasundan" berarti (Tanah Sunda) dinilai tidak merepresentasikan keberagaman Jawa Barat yang sejak dahulu telah dihuni juga oleh Suku Betawi dan Suku Cirebon serta telah dikuatkan dengan keberadaan Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 yang mengakui adanya tiga suku asli di Jawa Barat yaitu Suku Betawi yang berbahasa Melayu dialek Betawi, Suku Sunda yang berbahasa Sunda dan Suku Cirebon yang berbahasa Bahasa Cirebon (dengan keberagaman dialeknya).
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah
2 Perekonomian
3 Geografi
3.1 Penduduk
3.2 Iklim
3.3 Topografi
3.4 Demografi
3.5 Manufaktur
3.6 Pertanian: Lahan dan Perairan
3.7 Kelautan dan Perikanan
3.8 Sumber Daya Manusia: Jumlah Penduduk dan Tenaga Kerja
3.9 Minyak-Mineral dan Geothermal
4 Pendidikan dan Kebudayaan
4.1 Pendidikan Bahasa Cirebon
4.1.1 Pengembangan Pendidikan Bahasa Cirebon
4.2 Pendidikan Bahasa Melayu dialek Betawi
4.2.1 Pengembangan Pendidikan Bahasa Melayu dialek Betawi
4.3 Perguruan Tinggi Negeri
4.4 Perguruan Tinggi Swasta
5 Pemerintahan
5.1 Kabupaten dan Kota
5.2 Daftar gubernur
5.3 Perwakilan
6 Pariwisata, Seni, dan Budaya
6.1 Pariwisata
6.2 Kesenian
6.3 Makanan
7 Lihat pula
8 Pranala luar
9 Referensi

[sunting] Sejarah

Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya logam perunggu dan besi sejak sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman Buni (Bekasi kuno) dapat ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon.[rujukan?]Jawa Barat pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara.[rujukan?] Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar menceritakan para raja Tarumanagara.[rujukan?]

Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara, kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Serayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda[rujukan?]. Salah satu prasasti dari zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932. Kerajaan sunda beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).[rujukan?]

Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi saingan ekonomi dan politik Kerajaan Sunda. Pelabuhan Cerbon (kelak menjadi Kota Cirebon) lepas dari Kerajaan Sunda karena pengaruh Kesultanan Demak. Pelabuhan ini kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Cirebon yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Banten.

Untuk menghadapi ancaman ini, Sri Baduga Maharaja, raja Sunda saat itu, meminta putranya, Surawisesa untuk membuat perjanjian pertahanan keamanan dengan orang Portugis di Malaka untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa, kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah perjanjian pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal, ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk perdagangan di sana. Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang disebut padrão di tepi Ci Liwung.

Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon - Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan, menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon - Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.

Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda, dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan (Jawa Barat bagian tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.

Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925 ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan provinsi itu sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.

Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia.

Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.

Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950.
[sunting] Perekonomian

Jawa Barat selama lebih dari tiga dekade telah mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Saat ini peningkatan ekonomi modern ditandai dengan peningkatan pada sektor manufaktur dan jasa. Disamping perkembangan sosial dan infrastruktur, sektor manufaktur terhitung terbesar dalam memberikan kontribusinya melalui investasi, hampir tigaperempat dari industri-industri manufaktur non minyak berpusat di sekitar Jawa Barat.PDRB Jawa Barat pada tahun 2003 mencapai Rp.231.764 milyar (US$ 27.26 Billion) menyumbang 14-15 persen dari total PDB nasional, angka tertinggi bagi sebuah Provinsi. Bagaimanapun juga karena jumlah penduduk yang besar, PDB per kapita Jawa Barat adalah Rp. 5.476.034 (US$644.24) termasuk minyak dan gas, ini menggambarkan 82,4 persen dan 86,1 persen dari rata-rata nasional. Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 adalah 4,21 persen termasuk minyak dan gas 4,91 persen termasuk minyak dan gas, lebih baik dari Indonesia secara keseluruhan. (US$1 = Rp. 8.500,-).
[sunting] Geografi
Kawah gunung Tangkuban Parahu di Bandung

Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Banten dan DKI Jakarta di barat.

Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di bagian tengah merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa.
[sunting] Penduduk

Sebagian besar penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan Bahasa Sunda. Di beberapa kota di pesisir utara, dituturkan bahasa Jawa dialek Cirebon, yang mirip dengan Bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di daerah perbatasan dengan DKI Jakarta seperti sebagian Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Sebagian Kabupaten Karawang dan sebagian Kota Depok, dan Kabupaten Bogor bagian utara dituturkan Bahasa Melayu dialek Betawi. Jawa Barat merupakan wilayah berkarakteristik kontras dengan dua identitas; masyarakat urban yang sebagian besar tinggal di wilayah JABOTABEK (sekitar Jakarta) dan masyarakat tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa.Pada tahun 2002, populasi Jawa Barat mencapai 37.548.565 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 1.033 jika/km persegi.Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional (2,14% per tahun), Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat terendah, dengan 2,02% per tahun. Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah stasiun televisi dan radio lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita dan talk show, misalnya Bandung TV memiliki program berita menggunakan Bahasa Sunda serta Cirebon Radio yang Menggunakan ragam Bahasa Cirebon Bagongan maupun Bebasan.
[sunting] Iklim

Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 °C di Puncak Gunung Pangrango dan 34 °C di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.
[sunting] Topografi

Ciri utama daratan Jawa Barat adalah bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian 100 1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0 . 10 m dpl, dan wilayah aliran sungai.
[sunting] Demografi
Wiki letter w.svg Bagian ini membutuhkan pengembangan
[sunting] Manufaktur

Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi untuk manufaktur termasuk diantaranya elektronik, industri kulit, pengolahan makanan, tekstil, furnitur dan industri pesawat. Juga panas bumi, minyak dan gas, serta industri petrokimia menjadi andalan Jawa Barat. Penyumbang terbesar terhadap GRDP Jawa Barat adalah sektor manufaktur (36,72%), hotel, perdagangan dan pertanian (14,45%), totalnya sebesar 51,17%. Terlepas dari adanya krisis, Jawa Barat masih menjadi pusat dari industri tekstil modern dan garmen nasional, berbeda dengan daerah lain yang menjadi pusat dari industri tekstil tradisional. Jawa Barat menymbangkan hampir seperempat dari nilai total hasil produksi Indonesia di sektor non Migas. Ekspor utama tekstil, sekitar 55,45% dari total ekspor jawa Barat, yang lainnya adalah besi baja, alas kaki, furnitur, rotan, elektronika, komponen pesawat dan lainnya.
[sunting] Pertanian: Lahan dan Perairan

Dikenal sebagai salah satu 'lumbung padi' nasional, hampir 23 persen dari total luas 29,3 ribu kilometer persegi dialokasikan untuk produksi beras. Tidak dipungkiri lagi, Jawa Barat merupakan 'Rumah Produksi' bagi ekonomi Indonesia, hasil pertanian Provinsi Jawa Barat menyumbangkan 15 persen dari nilai total pertanian Indonesia.Hasil tanaman pangan Jawa Barat meliputi beras, kentang manis, jagung, buah-buahan dan sayuran, disamping itu juga terdapat komoditi seperti teh, kelapa, minyak sawit, karet alam, gula, coklat dan kopi. Perternakannya menghasilkan 120.000 ekor sapi ternak, 34% dari total nasional.
[sunting] Kelautan dan Perikanan

Jawa Barat berhadapan dengan dua sisi lautan Jawa pada bagian utara dan samudera Hindia di bagian selatan dengan panjang pantai sekitar 1000 km. Berdasarkan letak inilah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Suatu perencanaan terpadu tengah dilaksanakan untuk pengembangan Pelabuhan Cirebon, baik sebagai pelabuhan Pembantu Tanjung Priok Jakarta, maupun sebagai pelabuhan perikanan Jawa Barat yang dilengkapi dengan industri perikanan.Untuk potensi perairan darat, tidak hanya dari sejumlah sungai yang mengalir di Jawa Barat, Tetapi potensi ini juga diperoleh dari penampungan air / DAM saguling di Cirata dan DAM Jatiluhur yang selain menghasilkan tenaga listrik juga berguna untuk mengairi area pertanian dan industri perikanan air tawar.
[sunting] Sumber Daya Manusia: Jumlah Penduduk dan Tenaga Kerja

Dengan jumlah penduduk sekitar 37 juta manusia pada tahun 2003, 16 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhan urbanisasi di Provinsi tumbuh sangat cepat, khususnya disekitar JABOTABEK (sekitar Jakarta). Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendididkan berjumlah 15,7 juta orang pada tahun 2001 atau 18 persen dari total nasional tenaga pekerja berpendidikan. Sebagian besar bekerja pada bidang pertanian, kehutanan dan perikanan (31%), pada industri manufaktur (17%), perdagangan, hotel dan restoran (22,5%) dan sektor pelayanan (29%).
[sunting] Minyak-Mineral dan Geothermal

Minyak dapat ditemukan di sepanjang Laut Jawa, utara Jawa Barat, sementara cadangan geothermal (panas bumi) terdapat di beberapa derah di Jawa Barat. Tambang lain sepert Batu gamping, andesit, marmer, tanah liat merupakan pertambangan mineral yang dapat ditemukan, termasuk mineral lain yang cadangan depositnya sangat potensial, Emas yang dikelola PT. Aneka Tambang, potensinya sebesar 5,5 million ton, dan menghasilkan 12,1 gram emas per ton.
[sunting] Pendidikan dan Kebudayaan

Perlindungan dan proses pengembangan Budaya dan Bahasa yang ada di Jawa Barat secara kongrit dimulai dengan adanya Kongres Jawa Barat, kongres Jawa Barat merupakan sebuah wadah berkumpulnya para tokoh masyarakat Jawa Barat untuk membicarakan berbagai persoalan sosial-kemasyarakatan yang ada di Jawa Barat.
[sunting] Pendidikan Bahasa Cirebon

Keberagaman budaya dan bahasa yang ada di Jawa Barat sempat diuji ketika Kongres Jawa Barat yang ketiga diadakan. Tepatnya di Kota Bandung tanggal 28 Februari 1948, pada saat tersebut salah satu perwakilan masyarakat Jawa Barat dari Suku Sunda yaitu Bapak Soeria Kartalegawa yang juga ketua Parta Rakyat Pasundan (PRP) mengusulkan agar pembicaraan dalam rapat badan perwakilan tersebut (Kongres Jawa Barat) dibolehkan menggunakan Bahasa Sunda, namun kemudian usulan tersebut segera disanggah oleh perwakilan masyarakt Jawa Barat lainnya dari Suku Cirebon yaitu bapak Soekardi, bapak Soekardi menyatakan
“ “Djika dibolehkan berbitjara dalam bahasa Soenda, orang-orang yang ingin memakai bahasa daerah lainnya poen haroes diizinkan, oempamanja bahasa daerah Tjirebon”. ”

Kemudian pada periode sebelum tahun 1970-an Pemerintah memasukan Pelajaran Bahasa Jawa dialek Solo / Yogya (Baku) untuk wilayah Cirebon dan Indramayu yang masih termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat dimana mayoritas penduduknya menggunakan Bahasa Sunda, namun ternyata guru pengajar dan muridnya tidak memahami kosakata yang digunakan tersebut hingga akhirnya memutuskan untuk tidak mengajarkan Bahasa Jawa dialek Solo / Yogya (Baku) di wilayah Cirebon-Indramayu. Kekosongan pelajaran muatan lokal bahasa daerah ini kemudian berusaha diisi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan memasukan pelajaran bahasa daerah Bahasa Sunda, oleh karenanya pada periode tahun 1970-an bahasa daerah yang diajarkan di wilayah Cirebon - Indramayu adalah Bahasa Sunda karena dianggap akan lebih mudah dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi, ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan di wilayahnya, yaitu Bahasa Jawa dialek Cirebon[9], kemudian pada periode tahun selanjutnya pengajaran Bahasa Cirebon ini mulai untuk diajarkan di wilayah "Pakaleran Majalengka" yaitu wilayah utara kabupaten Majalengka yang mayoritas penduduknya merupakan keturunan Prajurit Majapahit, pada wilayah Pakaleran ini kosakata Bahasa Jawa diaek Banyumasan, Bahasa Jawa dialek Bumiayu serta Bahasa Jawa dialek Tegal lebih terasa, contohnya pada penyebutan kata "saya" yang menggunakan sebutan "Nyong" dan bukannya "Ingsun" ataupun "Reang" seperti yang dituturkan di wilayah Cirebon - Indramayu. Namun pengajaran bahasa daerah pada periode tersebut belum memiliki payung hukum, karena Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebelumnya mengindikasikan bahwa Jawa Barat merupakan wilayah tanah Sunda, dengan mayoritas suku sunda yang bertutur bahasa sunda, baru setelah tahun 2003 dengan diterbitkannya Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 tentang Perlindugan dan Pengembangan Budaya dan Bahasa di Jawa Barat yang mengakui adanya tiga suku asli jawa barat yaitu Sunda, Melayu-Betawi dan Cirebon, pengajaran bahasa daerah non-sunda memiliki perlindungan payung hukumnya, adapun pergerakan untuk menjadikan bahasa cirebon sebagai sebuah bahasa yang mandiri yang terlepas dari Bahasa Jawa maupun Sunda dilakukan dengan sebuah Metode yang disebut dengan "Metode Guiter" namun pada perhitunganya metode tersebut baru mencatat sekitar 75% perbedaan antara Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa dialek Solo / Yogya, sementara untuk diakui sebagai sebuah bahasa mandiri diperlukan sedikitnya 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya[10]. namun secara nyata, penerbitan buku penunjang pelajaran bahasa daerah Cirebon dan Indramayu pada periode tahun 2000-an sudah dilakukan dengan tidak menyebutkan Cirebon sebagai sebuah dialek Bahasa Jawa dan hanya disebutkan "Bahasa Cirebon" dan bukannya "Bahasa Jawa dialek Cirebon" seperti yang dilakukan pada penerbitan "Kamus Bahasa Cirebon" oleh Almarhum Bapak TD Sudjana dan kawan-kawan tahun 2001 dan "Wykarana - Tata Bahasa Cirebon" oleh Bapak Salana tahun 2002.
[sunting] Pengembangan Pendidikan Bahasa Cirebon

Pengembangan dan Perlindungan Bahasa yang diamanatkan oleh Perda Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 dalam kaitannya dengan pengembangan Bahasa Cirebon hanya terjadi disekitar wilayah eks-karesidenan Cirebon yaitu (Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, sebagian wilayah Kabupaten Majalengka dan sebagian wilayah Kabupaten Kuningan) sementara wilayah kabupaten lainnya yang juga didiami oleh Suku Cirebon seperti wilayah Kabupaten Subang sebelah utara dan sebagian wilayah Kabupaten Karawang di Pesisir Timur hingga tahun 2011 (delapan tahun setelah Perda Jawa Barat No. 5 Tahun 2003) diterbitkan belum juga mendapatkan pengajaran Bahasa Cirebon, adanya ketidakmerataan pengajaran bahasa daerah di Jawa barat ini dikarenakan pemerintah memberikan hak sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah di setiap Kabupaten / Kota untuk menentukan sendiri pengajaran bahasa daerah yang ada diwilayahnya.
[sunting] Pendidikan Bahasa Melayu dialek Betawi

Berbeda halnya dengan pendidikan bahasa cirebon, pendidikan bahasa betawi di wilayah Provinsi Jawa Barat mengalami hal yang lebih parah dari masalah yang dialami oleh bahasa cirebon, pendidikan Bahasa Betawi hingga tahun 2011 (delapan tahun setelah Perda Jawa Barat No. 5 Tahun 2003) diterbitkan sama sekali belum dilakukan di wilayah yang didiami oleh suku betawi yaitu Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, sebagian Kabupaten Bogor wilayah Utara dan sebagian wilayah Kabupaten Karawang sebelah barat, padahal penelitian tentang Bahasa Betawi telah cukup banyak dilakukan, diantaranya :

K. Ikranegara (1980). Melayu Betawi Grammar. Linguistic Studies in Indonesian and Languages in Indonesia 9. Jakarta: NUSA.
S. Wallace (1976). Linguistic and Social Dimensions of Phonological Variation in Jakarta Malay. PhD. Dissertation, Cornell University.
Klarijn Loven (2009). Watching Si Doel: Television, Language and Cultural Identity in Contemporary Indonesia, 477 halaman, ISBN-10: 90-6718-279-6. Penerbit: The KITLV/Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies at Leiden.
Lilie M. Roosman (April 2006). Lilie Roosman: Phonetic experiments on the word and sentence prosody of Betawi Malay and Toba Batak, Penerbit: Universiteit Leiden.

[sunting] Pengembangan Pendidikan Bahasa Melayu dialek Betawi

Hingga tahun 2011 Pemerintah Daerah yang wilayahnya didiami oleh Suku Betawi yaitu Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Karawang masih belum mengadakan pendidikan bahasa daerah Bahasa Melayu dialek Betawi dan hanya mengajarkan pendidikan bahasa daerah Bahasa Sunda.
[sunting] Perguruan Tinggi Negeri

Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD), Bekasi
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB), d/h National Hotel Institute (NHI),Bandung.
Universitas Indonesia (UI), Kota Depok.
Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung.
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN Bandung), Bandung
Universitas Padjadjaran (Unpad), dengan lokasi kampus di,Bandung dan Sumedang.
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), d/h IKIP Bandung, Bandung.
Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS Bandung), Bandung.
Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung (STSI Bandung), d/h ASTI Bandung, Bandung.
Politeknik Negeri Bandung (POLBAN), d/h Politeknik ITB Bandung,Bandung.
Politeknik Manufaktur Bandung (POLMAN), d/h Politeknik Mekanik Swis-ITB Bandung, Bandung.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung (POLTEKKES),Bandung
Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati, Cirebon
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Sumedang

[sunting] Perguruan Tinggi Swasta

Institut Teknologi Nasional (Itenas), di Bandung
Institut Agama Islam Cipasung (IAIC), di Tasikmalaya
Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), di Bandung
Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB), di Bandung
Universitas Katolik Parahyangan (Unpar),di Bandung
Universitas Kristen Maranatha ,di Bandung
Universitas Islam Bandung (Unisba),di Bandung
Universitas Pasundan (Unpas), di Bandung
Universitas Widyatama (UTAMA), di Bandung
Universitas Garut (UNIGA), di Garut
Universitas Islam Nusantara (UNINUS), di Bandung
Universitas Siliwangi (unsil), di Tasikmalaya
Universitas Galuh (unigal), di Ciamis
Universitas Ibn Khaldun Bogor (UIKA), di Bogor
Universitas Pakuan (Unpak), di Bogor
Universitas Komputer Indonesia (Unikom), di Bandung
Universitas Winaya Mukti (Unwim), di Jatinangor Sumedang
Institut Koperasi Indonesia (Ikopin), di Jatinangor Sumedang
Universitas Sebelas April (Unsap), di Sumedang
Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia (UNIBI), di Bandung
Universitas Majalengka (UNMA), di Majalengka
Universitas Kuningan (UNIKU) , di Kuningan
Sekolah Tinggi Kesehatan Kuningan (STIKKU) , di Kuningan
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Al-IHYA) , di Kuningan
Universitas Wiralodra (UNWIR) , di Indramayu
Universitas Subang (UNSUB), di Subang
Universitas Gunadarma (UG), di Depok
Universitas Singaperbangsa(UNSIKA) di Karawang
[[Universitas Purwakarta](UNPUR) di Purwakarta
STIE DR.KHEZ Muttaqien(STIE Muttaqien) di Purwakarta


Universitas Islam "45" (UNISMA), di Bekasi
Politeknik Pos Indonesia (POLPOSINDO), Bandung

[sunting] Pemerintahan

Jawa Barat terdiri atas 17 kabupaten dan 9 kota. Kota-kota hasil pemekaran sejak tahun 1996 adalah:

Kota Bekasi, dimekarkan dari Kabupaten Bekasi pada tahun 1996
Kota Depok, dimekarkan dari Kabupaten Bogor pada tahun 1999
Kota Cimahi, dimekarkan dari Kabupaten Bandung pada tahun 2001
Kota Tasikmalaya, dimekarkan dari Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2001
Kota Banjar, dimekarkan dari Kabupaten Ciamis pada tahun 2002
Kabupaten Bandung Barat, dimekarkan dari Kabupaten Bandung tahun 2007

[sunting] Kabupaten dan Kota
No. Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Bandung Soreang
2 Kabupaten Bandung Barat Ngamprah
3 Kabupaten Bekasi Cikarang
4 Kabupaten Bogor Cibinong
5 Kabupaten Ciamis Ciamis
6 Kabupaten Cianjur Cianjur
7 Kabupaten Cirebon Sumber
8 Kabupaten Garut Garut
9 Kabupaten Indramayu Indramayu
10 Kabupaten Karawang Karawang
11 Kabupaten Kuningan Kuningan
12 Kabupaten Majalengka Majalengka
13 Kabupaten Purwakarta Purwakarta
14 Kabupaten Subang Subang
15 Kabupaten Sukabumi Pelabuanratu
16 Kabupaten Sumedang Sumedang
17 Kabupaten Tasikmalaya Singaparna
18 Kota Bandung Bandung
19 Kota Banjar Banjar
20 Kota Bekasi Bekasi
21 Kota Bogor Bogor
22 Kota Cimahi Cimahi
23 Kota Cirebon Cirebon
24 Kota Depok Depok
25 Kota Sukabumi Cisaat
26 Kota Tasikmalaya Tasikmalaya


[sunting] Daftar gubernur
No. Foto Nama Dari Sampai Keterangan
1. Mas Sutardjo Kertohadikusumo 1945
2. Datuk Djamin 1945 1946
3. Murdjani 1946
4. R. Mas Sewara 1946 1948
5. Ukar Bratakusumah - resize.jpg Ukar Bratakusumah 1948 1950 Masa PDRI
6. R. Mas Sewara 1950 1951
5. 27 sanusihardjadinata.jpg Sanusi Hardjadinata 1951 1956
6. Ipikgandamana.jpg Ipik Gandamana 1956 1959
7. Mashudi.jpg Mashudi 1960 1970
8. Solihin GP.jpg Solihin G.P. 1970 1974
9. Ambassador aang kunaefi 86-89.jpg Aang Kunaefi 1975 1985
10. Yogi Suardi Memet.jpg Yogie Suardi Memet 1985 1993
11. R. Nuriana 1993 13 Juni 2003
12. Danny setiawan.jpg Danny Setiawan 13 Juni 2003 2008
13. AhmadHeryawan.jpg Ahmad Heryawan 2008 2013


[sunting] Perwakilan

Jawa Barat memiliki 91 wakil di DPR RI dari 11 daerah pemilihan dan empat wakil di DPD.

DPRD Jawa Barat hasil Pemilihan Umum Legislatif 2009 tersusun dari 10 partai, dengan perincian sebagai berikut:
Partai Kursi %
Partai Demokrat 38 34,9
Partai Golkar 16 14,7
PDI-P 15 13,8
PKS 13 11,9
PPP 8 7,3
Partai Gerindra 8 7,3
PAN 5 4,6
Partai Hanura 3 2,8
PKB 2 1,8
PKPB 1 0,9
Total 109 100,0
[sunting] Pariwisata, Seni, dan Budaya
[sunting] Pariwisata

Objek-objek wisata yang menarik dan banyak dikunjungi di daerah Jawa Barat:

Kawah Putih, Ciwidey, Kabupaten Bandung
Situ Patenggang, Rancabali, Kabupaten Bandung
Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Lembang, Kabupaten Bandung Barat
Kebun Raya Bogor, Kota Bogor
Talaga Warna, Puncak, Kabupaten Bogor
Taman Safari Indonesia,Cisarua,Kabupaten Bogor
Taman Wisata Mekarsari, Kabupaten Bogor
Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis
Curug Cibeureum, Cipanas, Kabupaten Cianjur
Puncak, Kabupaten Bogor - Kabupaten Cianjur
Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur
Taman Bunga Nusantara, Kabupaten Cianjur
Taman Wisata Gunung Gede Pangrango, Cipanas, Cianjur, Kabupaten Cianjur
Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur
Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon
Keraton Kanoman, Kota Cirebon
Keraton Kacirebonan,Kota Cirebon
Keraton Kaprabonan, Kota Cirebon
Taman Air Sunyaragi, Kota Cirebon
Plangon, Kabupaten Cirebon
Belawa, Kabupaten Cirebon
Trusmi, Kabupaten Cirebon
Wanawisata Ciwaringin, Kabupaten Cirebon
Cikalahang, Kabupaten Cirebon
Cipanas, Kabupaten Garut
Bendungan Walahar, Klari, Kabupaten Karawang
Curug Bandung, Tegal Waru, Kabupaten Karawang
Curug Cigeuntis, Tegal Waru, Kabupaten Karawang
Curug Cipanundaan, Tegal Waru, Kabupaten Karawang
Pantai Muara Baru, Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang
Pantai Pakis Jaya, Pakis Jaya, Kabupaten Karawang
Pantai Samudera Baru, Pedes, Kabupaten Karawang
Pantai Tanjung Baru, Tempuran, Kabupaten Karawang
Pantai Tirtamaya, Juntinyuat, Kabupaten Indramayu
Linggarjati, Kabupaten Kuningan
Candi Jiwa, di Percandian Batujaya, Karawang
Candi Blandongan di Percandian Batujaya, Karawang
Waduk Darma, Kabupaten Kuningan
Curug Putri, Kabupaten Kuningan
Lembah Cilengkrang, Kabupaten Kuningan
Liang Panas, Kabupaten Kuningan
Sidomba, Kabupaten Kuningan
Curug Landung, Kabupaten Kuningan
Situ Cicerem, Kabupaten Kuningan
Paseban, Kabupaten Kuningan
Cigugur, Kabupaten Kuningan
Hutan Kota, Kabupaten Kuningan
Kebun Raya Kuningan, Kabupaten Kuningan
Paniis, Kabupaten Kuningan
Palutungan, Kabupaten Kuningan
Curug Muara Jaya, Kabupaten Majalengka
Situ Sangiang, Kabupaten Majalengka
Taman Buana Marga, Kabupaten Majalengka
Tirta Indah, Kabupaten Majalengka
Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta
Ciater, Kabupaten Subang
Gunung Tangkuban Perahu, Kabupaten Subang
Pantai Blanakan, Blanakan, Kabupaten Subang
Pantai Pondok Bali, Legon Kulon, Kabupaten Subang
Penangkaran Buaya, Blanakan, Kabupaten Subang
Pantai Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi
Pantai Ujung Genteng, Ciracap, Kabupaten Sukabumi
Kampung Toga, Kabupaten Sumedang
Museum Prabu Geusan Ulun, Kabupaten Sumedang
Situ Gede, Kota Tasikmalaya
Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya
Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya
Situ Bagendit, Kabupaten Garut
Pantai Santolo, Kabupaten Garut
Pantai Rancabuaya, Kabupaten Garut
Curug Cimahi, Kabupaten Bandung Barat
Situ Ciburuy, Kabupaten Bandung Barat
Masjid Dian Al-Mahri, Kota Depok

[sunting] Kesenian
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar kesenian daerah Jawa Barat

Pencak silat
Jaipong
Gamelan
Wayang Golek
Kuda Renggong
Sisingaan
Kuda Lumping
Angklung
Tari Topeng
Tarling
Degung
Calung
Tayub
Cianjuran
Kiliningan
Tari Ketuk Tilu
Rampak Kendang
Yanuar Wita
Lagu Manuk Dadali
Lagu Cing Cang Keling

[sunting] Makanan
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar makanan khas Jawa Barat

Batagor
Cireng
Comro
Misro
Tape singkong (Peuyeum)
Oncom
Ubi Cilembu
Mochi
Dodol Garut
Empal Gentong
Sega Jamblang
Kecap Majalengka
Kalua Jeruk
Opak
Tahu Sumedang
Gula Cakar
Wajit
Rengginang
Combro
Gehu
Cimol
Bala-Bala
Gulali
Sele Pisang
Asinan Bogor
Tutug Oncom atau biasa disingkat T.O.
Manisan Cianjur

[sunting] Lihat pula

Daftar provinsi Indonesia

[sunting] Pranala luar

(Indonesia) Situs resmi pemerintah provinsi
(Indonesia) Situs Bandung Karate Club BKC BOGOR
(Indonesia) Profil Demografi Jabar
(Indonesia) Profil Ekonomi Jabar
(Indonesia) Profil Wisata Jabar
(Indonesia) Ekonomi Regional Jabar
(Indonesia) Statistik Regional Jabar
(Indonesia) Eksotisme Wisata Ujung Genteng - WartaNews.com
(Indonesia) Karawang Info - Kabupaten Karawang

[sunting] Referensi

^ "Perpres No. 6 Tahun 2011". 17 Februari 2011. Diakses pada 23 Mei 2011.
^ Sekilas Jabar
^ Sensus Penduduk 2010
^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 15 Desember 2003.
^ http://www.scribd.com/doc/35907804/Jawa-Barat-Dalam-Angka-2008-Sosial
^ http://news.okezone.com/read/2009/10/28/340/270205/tokoh-jabar-siapkan-deklarasi-provinsi-pasundan Tokoh Jawa Barat siapkan deklarasi Provinsi Pasundan
^ http://www.radarcirebon.com/nasional/nasional/284-deklarasi-provinsi-pasundan-.html
^ Suganda, Her. 2008 "Propinsi Cirebon": Bandung. Tribun Jabar
^ Rosidi, Ajip. 2010. "Bahasa Cirebon dan Bahasa Indramayu". : Pikiran Rakyat
^ Menimbang-nimbang Bahasa Cirebon(Edisi Tahun 2009)

Compass rose pale.svg DKI Jakarta Laut Jawa Laut Jawa Compass rose pale.svg
Banten Utara Jawa Tengah
Barat Jawa Barat Timur
Selatan
Samudra Hindia Samudra Hindia Jawa Teng

Selasa, 06 Desember 2011

Kesenian & Asal-Usul Jawa Barat

Kesenian Wayang Golek Jawa Barat


Wayang Golek Jawa Barat
Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering menghubungkan kata “wayang” dengan ”bayang”, karena dilihat dari pertunjukan wayang kulit yang memakai layar, dimana muncul bayangan-bayangan. Di Jawa Barat, selain wayang kulit, yang paling populer adalah wayang golek. Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam diantaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua wayang itu dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan mengatur lagu dan lain-lain.

Perkembangan

Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabarata dengan menggunakan bahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda (salendro), yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab.

Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.

Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan. Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Cecep Supriadi dll.

Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut; 1) Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara; 2) Babak unjal, paseban, dan bebegalan; 3) Nagara sejen; 4) Patepah; 5) Perang gagal; 6) Panakawan/goro-goro; 7) Perang kembang; 8) Perang raket; dan 9) Tutug.

Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat, yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain: 1) Wunggal (anak tunggal); 2) Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia); 3) Suramba (empat orang putra); 4) Surambi (empat orang putri); 5) Pandawa (lima putra); 6) Pandawi (lima putri); 7) Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri); 8) Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.

Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.
Bandung Tempo Dulu




Istilah Sunda kemungkinan berasal dari bahasa Sansekerta yakni sund atau suddha yang berarti bersinar, terang, atau putih. Dalam bahasa Jawa kuno (Kawi) dan bahasa Bali dikenal juga istilah Sunda dalam pengertian yang sama yakni bersih, suci, murni, tak bercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada.

Menurut R.W. van Bemmelen seperti dikutip Edi S. Ekadjati, istilah Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai dataran bagian barat laut wilayah India Timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamai Sahul. Dataran Sunda dikelilingi oleh sistem Gunung Sunda yang melingkar (Circum-Sunda Mountain System) yang panjangnya sekira 7.000 km. Dataran Sunda itu terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian Utara.yang meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Fasifik bagian Barat serta bagian Selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam (India).

Dengan demikian, bagian Selatan dataran Sunda itu dibentuk oleh kawasan mulai Pulau Banda di timur, terus ke arah barat melalui pulau-pulau di kepulauan Sunda Kecil (the lesser Sunda island), Jawa, Sumatra, Kepulauan Andaman, dan Nikobar sampai Arakan Yoma di Birma. Selanjutnya, dataran ini bersambung dengan kawasan Sistem Gunung Himalaya di Barat dan dataran Sahul di Timur.

Dalam buku-buku ilmu bumi dikenal pula istilah Sunda Besar dan Sunda Kecil. Sunda Besar adalah himpunan pulau yang berukuran besar, yaitu Sumatra, Jawa, Madura, dan Kalimantan, sedangkan Sunda Kecil adalah pulau-pulau yang berukuran kecil yang kini termasuk kedalam Provinsi Bali, Nusa Tenggara, dan Timor.

Dalam perkembangannya, istilah Sunda digunakan juga dalam konotasi manusia atau sekelompok manusia, yaitu dengan sebutan urang Sunda (orang Sunda). Di dalam definisi tersebut tercakup kriteria berdasarkan keturunan (hubungan darah) dan berdasarkan sosial budaya sekaligus. Menurut kriteria pertama, seseorang bisa disebut orang Sunda, jika orang tuanya, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu ataupun keduanya, orang Sunda, di mana pun ia atau mereka berada dan dibesarkan.

Menurut kriteria kedua, orang Sunda adalah orang yang dibesarkan dalam lingkungan sosial budaya Sunda dan dalam hidupnya menghayati serta mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai budaya Sunda. Dalam hal ini tempat tinggal, kehidupan sosial budaya dan sikap orangnya yang dianggap penting. Bisa saja seseorang yang orang tuanya atau leluhurnya orang Sunda, menjadi bukan orang Sunda karena ia atau mereka tidak mengenal, menghayati, dan mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai sosial budaya Sunda dalam hidupnya.

Dalam konteks ini, istilah Sunda, juga dikaitkan secara erat dengan pengertian kebudayaan. Bahwa ada yang dinamakan Kebudayaan Sunda, yaitu kebudayaan yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomosili di Tanah Sunda. Dalam tata kehidupan sosial budaya Indonesia digolongkan ke dalam kebudayaan daerah. Di samping memiliki persamaan-persamaan dengan kebudayaan daerah lain di Indonesia, kebudayaan Sunda memiliki ciri-ciri khas tersendiri yang membedakannya dari kebudayaan-kebudayaan lain. Read the rest of this entry »

Filed under: Budaya , asal usul, Sunda

menelusuri Baduy

Masyarakat Baduy sejak dahulu memang selalu berpegang teguh kepada seluruh ketentuan maupun aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Pu’un (Kepala Adat – red) mereka. Kepatuhan kepada ketentuan-ketentuan tersebut menjadi pegangan mutlak untuk menjalani kehidupan bersama. Selain itu, didorong oleh keyakinan yang kuat, hampir keseluruhan masyarakat Baduy Luar maupun Baduy Dalam tidak pernah ada yang menentang atau menolak aturan yang diterapkan sang Pu’un.
Setelah Tim “Explore Indonesia ” terjun langsung melakukan observasi untuk keperluan liputan edisi ini ke masyarakat setempat, terbukti bahwa dengan menjalani kehidupan sesuai adat dan aturan yang ditetapkan oleh Kepala Adat di sana, tercipta sebuah komunitas dengan tatanan masyarakat yang amat damai dan sejahtera. ”Di masyarakat Baduy, tidak ada orang kaya, namun tidak ada orang miskin.” Demikian pernyataan Bapak Dainah, Kepala Desa Kanekes yang membawahi seluruh wilayah tempat pemukiman Suku Baduy, di Kabupaten Lebak, Banten.
Kehidupan mereka, hakekatnya, sama seperti layaknya kehidupan masyarakat lainnya. Hanya saja yang membedakannya adalah begitu banyak aturan tradisional yang terkesan kolot yang harus mereka patuhi. Berikut sekelumit goresan perjalanan “Explore Indonesia ” tentang beberapa aturan adat Orang Baduy.
Bulan Puasa/Kawalu
Kami berangkat dari Jakarta pada tengah malam, dan tiba di subuh hari Sabtu yang cukup dingin di Desa Ciboleger, terminal pintu masuk wilayah Baduy Luar. Ketika pagi datang, kami beranjak berangkat berjalan kaki ke pemukiman Suku Baduy. Menjelang keluar dari terminal kami bertemu salah satu Wakil Jaro (wakil kepala kampung) dari Baduy Dalam, bernama Mursyid. Dari obrolan dengan beliau pagi itu, kami mendapatkan banyak informasi yang dibutuhkan. Ternyata kedatangan kami pada saat itu tergolong sial, karena masyarakat Baduy Dalam sedang melaksanakan puasa yang dinamakan Kawalu. Di saat Kawalu ini, orang dari luar komunitas Baduy Dalam dilarang keras memasuki wilayah mereka.
Kami tentu saja sempat terkejut dengan keterangan itu, terutama karena saat kunjungan bukan bulan puasa (Ramadhan) seperti yang dilakukan oleh umat Islam. Juga, kedatangan kami di hari Sabtu, bukan Senin atau Kamis yang disunah-kan bagi umat Islam untuk melakukan puasa. Namun, itulah yang menjadi awal ketertarikan kami untuk mengulas budaya serta adat-istiadat masyarakat Baduy. Inilah salah satu ketentuan adat Baduy Dalam, mereka harus menjalani puasa yang mereka disebut “Kawalu” dan jatuh bulannya adalah di Bulan Adapt. Di saat Kawalu, ada banyak kegiatan adat dan tidak ada kegiatan lain. Semua kegiatan yang dilakukan difokuskan kepada prosesi Kawalu. Pada bulan ini mereka tidak diperbolehkan membetulkan rumah atau selamatan-selamatan melainkan mempersiapkan penyambutan datangnya hari besar bagi masyarakat Baduy yang disebut Seba, berakhirnya masa Kawalu. Satu-satunya kegiatan utama sebagai pesiapan yang mereka lakukan adalah mengumpulkan hasil panen padi dari ladang-ladang mereka dan menumbuknya menjadi beras. Dalam satu tahun masyarakat Baduy melaksanakan puasa selama 3 bulan berturut-turut sesuai dengan amanah adat-nya.
Pernikahan
Di dalam proses pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat Baduy hampir serupa dengan masyarakat lainnya. Namun, pasangan yang akan menikah selalu dijodohkan dan tidak ada yang namanya pacaran. Orang tua laki-laki akan bersilaturahmi kepada orang tua perempuan dan memperkenalkan kedua anak mereka masing-masing.
Setelah mendapatkan kesepakatan, kemudian dilanjutkan dengan proses 3 kali pelamaran. Tahap Pertama, orang tua laki-laki harus melapor ke Jaro (Kepala Kampung) dengan membawa daun sirih, buah pinang dan gambir secukupnya. Tahap kedua, selain membawa sirih, pinang, dan gambir, pelamaran kali ini dilengkapi dengan cincin yang terbuat dari baja putih sebagai mas kawinnya. Tahap ketiga, mempersiapkan alat-alat kebutuhan rumah tangga, baju serta seserahan pernikahan untuk pihak perempuan.
Pelaksanaan akad nikah dan resepsi dilakukan di Balai Adat yang dipimpin langsung oleh Pu’un untuk mensahkan pernikahan tersebut. Uniknya, dalam ketentuan adat, Orang Baduy tidak mengenal poligami dan perceraian. Mereka hanya diperbolehkan untuk menikah kembali jika salah satu dari mereka telah meninggal. Jika setiap manusia melaksanakan hal tersebut, wah….! alangkah indahnya hidup ini.
Hukum di Tatanan Masyarakat Baduy
Menurut keterangan Bapak Mursyid, Wakil Jaro Baduy Dalam, beliau mengatakan bahwa di lingkungan masyarakat Baduy, jarang sekali terjadi pelanggaran ketentuan adat oleh anggota masyarakatnya. Dan oleh karenanya, jarang sekali ada orang Baduy yang terkena sanksi hukuman, baik berdasarkan hukum adat maupun hukum positif (negara). Jika memang ada yang melakukan pelanggaran, pasti akan dikenakan hukuman. Seperti halnya dalam suatu negara yang ada petugas penegakkan hukum, Suku Baduy juga mempunyai bidang tersendiri yang bertugas melakukan penghukuman terhadap warga yang terkena hukuman. Hukuman disesuaikan dengan kategori pelanggaran, yang terdiri atas pelanggaran berat dan pelanggaran ringan.
Hukuman ringan biasanya dalam bentuk pemanggilan sipelanggar aturan oleh Pu’un untuk diberikan peringatan. Yang termasuk ke dalam jenis pelanggaran ringan antara lain cekcok atau beradu-mulut antara dua atau lebih warga Baduy.
Hukuman Berat diperuntukkan bagi mereka yang melakukan pelanggaran berat. Pelaku pelanggaran yang mendapatkan hukuman ini dipanggil oleh Jaro setempat dan diberi peringatan. Selain mendapat peringatan berat, siterhukum juga akan dimasukan ke dalam lembaga pemasyarakatan (LP) atau rumah tahanan adat selama 40 hari. Selain itu, jika hampir bebas akan ditanya kembali apakah dirinya masih mau berada di Baduy Dalam atau akan keluar dan menjadi warga Baduy Luar di hadapan para Pu’un dan Jaro. Masyarakat Baduy Luar lebih longgar dalam menerapkan aturan adat dan ketentuan Baduy.
Rutannya Orang Baduy, atau lebih tepat disebut tahanan adat, sangat jelas berbeda dengan yang dikenal masyarakat umum di luar Baduy. Rumah Tahanan Adat Baduy bukanlah jeruji besi yang biasa digunakan untuk mengurung narapidana di kota-kota, melainkan berupa sebuah rumah Baduy biasa dan ada yang mengurus/menjaganya. Selama 40 hari sipelaku bukan dikurung atau tidak melakukan kegiatan sama sekali. Ia tetap melakukan kegiatan dan aktivitas seperti sehari-harinya, hanya saja tetap dijaga sambil diberi nasehat, pelajaran adat, dan bimbingan. Uniknya, yang namanya hukuman berat disini adalah jika ada seseorang warga yang sampai mengeluarkan darah setetes pun sudah dianggap berat. Berzinah dan berpakaian ala orang kota, sebagaimana kita berpakaian di masyarakat kota, juga termasuk pelanggaran berat yang harus diberikan hukuman berat. Ah, ternyata…..! masyarakat Baduy tidak pernah berkelahi sama sekali, paling hanya cekcok mulut saja.
Setelah melihat dan melakoni sepenggal perjalanan ini, kami memahami bagaimana patuhnya masyarakat Baduy terhadap segala peraturan yang telah ditetapkan oleh Pu’un mereka. Kepatuhan dan ketaatan itu dijalani dengan “enjoy” tanpa penolakkan apapun. Hasilnya? Kekaguman akan dirasakan oleh semua orang yang berkunjung ke sana; mereka amat rukun, damai, dan sangat sejahtera untuk ukuran kecukupan kebutuhan hidup sehari-hari. Itulah yang kami rasakan sebagai kesimpulan dari perjalanan menyelami salah satu suku tradisional yang tinggal tidak seberapa jauh dari metropolitan Jakarta.
Perkampungan Baduy dihuni oleh komunitas yang selain kental dengan ketentuan adat, mereka juga murah senyum loh….! Secara jujur, setiap kita enggan berpaling dari pandangan kepada sosok Orang Baduy, terutama yang tinggal di Baduy Dalam. Ternyata wajah dan tubuh Orang Baduy sangat bersih tanpa cacad dan noda! Seperti wajah Bapak Mursyid, Wakil Jaro Baduy Dalam yang sempat kami temui itu, tidak ada yang namanya jerawat menempel di wajahnya, amat mulus walaupun mereka mandi tidak diperbolehkan menggunakan sabun, shampoo serta sikat gigi. Setiap Orang Baduy Dalam yang kami jumpai di perjalanan, juga memiliki penampilan tubuh yang sama, bersih, jernih, tanpa kudis, kurap dan sebagainya. Seperti halnya para lelaki, wanita Baduy pun memiliki badan yang putih, bersih, tanpa noda dan cantik-cantik. Tapi sayang, kita sebagai masyarakat luar Baduy, yang bukan dari suku Baduy Dalam maupun Baduy Luar tidak diperbolehkan untuk meminang gadis Baduy. “Pupus sudah harapan…….! Ku” celetuk hati ini

Tari Topeng PutriTari topeng dari Cirebon, merupakan salah satu tarian di tatar Parahyangan. Disebut tari topeng, karena penarinya menggunakan topeng disaat menari. Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya, dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh saru penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.


Salah satu jenis lainnya dari tari topeng ini adalah Tari topeng kelana kencana wungu merupakan rangkaian tari topeng gaya Parahyangan yang menceritakan ratu Kencana wungu yang dikejar-kejar oleh prabu Menakjingga yang tergila-tergila padanya. Pada dasarnya masing-masing topeng yang mewakili masing-masing karakter menggambarkan perwatakan manusia. Kencana Wungu, dengan topeng warna biru, mewakili karakter yang lincah namun anggun. Menakjingga (disebut juga kelana), dengan topeng warna merah mewakili karakter yang berangasan, tempramental dan tidak sabaran. Tari ini karya Nugraha Soeradiredja.
Gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan musik yang didominasi oleh kendang dan rebab, merupakan ciri khas lain dari tari topeng.

Tari Dewi

Tari Sunda ini dimainkan dengan keris. Tarian ini dikoreografi oleh Raden Tjetje Soemantri dan dipentaskan oleh mahasiswa STSI Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Tari Topeng Kelana Udheng

Tari Kandagan adalah tari yang menceritakan tentang kehidupan “wanoja” (perempuan) Sunda

Tari Dogdog

Tari Dogdog Lojor adalah tarian uintuk acara ritual padi. Setahun sekali, setelah panen seluruh masyarakat mengadakan acara Serah Taun atau Seren Taun di pusat kampung adat. Pusat kampung adat sebagai tempat kediaman kokolot (sesepuh) tempatnya selalu berpindah-pindah sesuai petunjuk gaib.

Tari Pancasari

Tari Pancasari salah satu karya cipta dari R. Yuyun Kusumadinata yang diwujudkan sekitar tahun 1975 merupakan sebuah tarian yang menggambarkan lima orang penari lascar wanita yang dipimpin oleh putri bungsu Pajajaran bernama Purnamasari
Tari Pancasari salah satu karya cipta dari R. Yuyun Kusumadinata yang diwujudkan sekitar tahun 1975 merupakan sebuah tarian yang menggambarkan lima orang penari lascar wanita yang dipimpin oleh putri bungsu Pajajaran bernama Purnamasari

Tari Merak

Tari Merak menggambarkan kehidupan satwa burung Merak yang mempunyai keanggunan, keindahan dan kelincahan gerak-geriknya dalam kehidupan burung Merak yang sedang bercanda ria didalam alam jagad raya ini. Tari ini adalah tarian yang dimainkan wanita. Ia adalah tari klasik Sunda yang menyimbolkan kecantikan alam

Minggu, 04 Desember 2011

gunung.JPG (7283 bytes) Jawa Barat
Sangkuriang

spkr.gif (282 bytes)Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi.Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu.

spkr.gif (282 bytes)Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga bapaknya.

Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan.

spkr.gif (282 bytes)Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi mengembara.

spkr.gif (282 bytes)Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi.

spkr.gif (282 bytes)Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.

Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi demi melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan.

Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.

Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut. Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota.

Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya. Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi.

Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama "Tangkuban Perahu."

tari-tarian jawa barat



sted on November 26, 2011 | Leave a comment
KERAJAAN SUNDA SAMPAI MASA SRI JAYABUPATI
PAKUAN IBUKOTA KERAJAAN SUNDA (2)

B. KERAJAAN SUNDA SAMPAI MASA SRI JAYABUPATI

Telah diungkapkan di awal bahwa nama Sunda sebagai kerajaan tersurat pula dalam prasasti yang ditemukan di daerah Sukabumi. Prasasti ini terdiri atas 40 baris sehingga memerlukan 4 buah batu untuk menuliskannya. Keempat batu bertulis itu ditemukan pada aliran Cicatih di daerah Cibadak. Tiga ditemukan di dekat kampung Bantar Muncang, sebuah ditemukan di dekat kampung Pangcalikan. Keunikan prasasti ini adalah disusun dalam huruf dan bahasa Jawa Kuno. Keempat prasasti itu sekarang disimpan di Museum Pusat dengan nomor kode D 73 (dari Cicatih), D 96, D 97 dan D 98. Isi ketiga batu pertama (menurut Pleyte):

D 73 : //O// Swasti shakawarsatita 952 karttikamasa tithi dwadashi shuklapa- ksa. ha. ka. ra. wara tambir. iri- ka diwasha nira prahajyan sunda ma- haraja shri jayabhupati jayamana- hen wisnumurtti samarawijaya shaka- labhuwanamandaleswaranindita harogowardhana wikra- mottunggadewa, ma-

D 96 : gaway tepek i purwa sanghyang tapak ginaway denira shri jayabhupati prahajyan sunda. mwang tan hanani baryya baryya shila.irikang lwah tan pangalapa ikan sesini lwah. makahingan sanghyang tapak wates kapujan i hulu, i sor makahingan ia sanghyang tapak wates kapujan i wungkalagong kalih matangyan pinagawayaken prasasti pagepageh. mangmang sapatha. D 97 : sumpah denira prahajyan sunda. lwirnya nihan

Terjemahannya
Selamat. Dalam tahun Saka 952 bulan Kartika
tanggal 12 bagian terang, hari Hariang, Kaliwon,
Ahad, Wuku Tambir. Inilah saat Raja Sunda
Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti
Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro
Gowardhana Wikramottunggadewa, membuat tanda
di sebelah timur Sanghiyang Tapak. Dibuat oleh
Sri Jayabupati Raja Sunda. Dan jangan ada yang
melanggar ketentuan ini. Di sungai ini jangan
(ada yang) menangkap ikan di sebelah sini
sungai dalam batas daerah pemujaan Sanghyang Tapak
sebelah hulu. Di sebelah hilir dalam batas daerah
pemujaan Sanghyang Tapak pada dua batang pohon besar.
Maka dibuatlah prasasti (maklumat) yang dikukuhkan
dengan Sumpah. Sumpah yang diucapkan oleh Raja Sunda
lengkapnya demikian.

Batu prasasti keempat (D 98) berisi sumpah atau kutukan Sri Jayabupati sebanyak 20 baris yang intinya menyeru semua kekuatan gaib di dunia dan di surga agar ikut melindungi keputusan raja. Siapapun yang menyalahi ketentuan tersebut diserahkan penghukumannya kepada semua kekuatan itu agar dibinasakan dengan menghisap otaknya, menghirup darahnya, memberantakkan ususnya dan membelah dadanya. Sumpah itu ditutup denga kalimat seruan, “I wruhhanta kamung hyang kabeh” (Ketahuilah olehmu para hiyang semuanya).

Kehadiran Prasasti Jayabupati di daerah Cibadak sempat membangkitkan dugaan bahwa Ibukota Kerajaan Sunda terletak di daerah it. Namun dugaannya tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah lainnya. Isi prasasti hanya menyebutkan larangan menangkap ikan pada bagian sungai (Cicatih) yang termasuk kawasan Kabuyutan Sanghiyang Tapak. Sama halnya dengan kehadiran batu bertulis Purnawarman di Pasir Muara dan Pasir Koleangkak yang tidak menunjukkan letak Ibukota Tarumanagara.

Tanggal pembuatan Prasasti Jayabupati bertepatan dengan 11 Oktober 1030. Menurut Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati memerintah selama 12 tahun (952 – 964) saka (1030 -1042 M). Isi prasasti itu dalam segala hal menunjukkan corak JAWA TIMUR. Tidak hanya huruf, bahasa dan gaya, melainkan juga gelar raja yang mirip dengan gelar raja di lingkungan Keraton Darmawangsa. Tokoh Sri Jayabupati dalam Carita Parahiyangan disebut dengan nama Prebu Detya Maharaja. Ia adalah raja Sunda ke-20 setalah Maharaja Tarusbawa.

Telah diungkapkan sebelumnya, bahwa Kerajaan Sunda adala pecahan Tarumanagara. Peristiwa itu terjadi tahun 670 M. Hal ini sejalan dengan sumber berita Cina yang menyebutkan bahwa utusan Tarumanagara yang terakhir mengunjungi negeri itu terjadi tahun 669 M. Tarusbawa memang mengirimkan utusan yang memberitahukan penobatannya kepada raja Cina dalam tahun 669 M. Ia sendiri dinobatkan pada tanggal 9 bagian-terang bulan Jesta tahun 591 Saka (kira-kira bertepatan dengan tanggal 18 Mei 669 M).

Tarusbawa adalah sahabat baik Bratasenawa alis SENA (709 – 716 M) Raja Galuh ketiga. Tokoh ini adalah tokoh Sanna ayah Sanjaya dalam Prasasti Canggal (732 M). Persahabatan ini pula yang mendorong Tarusbawa mengambil Sanjaya menjadi menantunya. Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari tahta Galuh oleh Purbarosa dalam tahun 716 M. Purbasora adalah cucu Wretikandayun dari puteranya yang sulung bernama Batara Danghyang Guru Sempakwaja pendiri kerajaan Galunggung, sedangkan Sena adalah cucu Wretikandayun dari puteranya yang bungsu bernama Mandiminyak raja Galuh kedua (702 – 709 M). Sebenarnya Purbasora dan Sena adalah saudara satu ibu karena hubungan gelap antara Mandiminyak dengan istri Sempakwaja. Tokoh Sempakwaja tidak dapat menggantikan kedudukan ayahnya menjadi Raja Galuh karena ‘ompong’ (seorang raja tak boleh memiliki cacat jasmani). Karena itulah, adiknya yang bungsu yang mewarisi tahta Galuh dari Wretikandayun. Akan tetapi, putera Sempakwaja merasa tetap berhak atas Tahta Galuh. Lagi pula asal-usul Raja Sena yang kurang baik telah menambah hasrat Purbasora untuk merebut Tahta Galuh dari Sena. Dengan bantuan pasukan dari mertuanya, raja Indraprahasta (di daerah Cirebon) Purbasora melancarkan perebutan Tahta Galuh. Sena melarikan diri ke Kalingga (istri Sena, Sanaha, adalah cucu Maharani Sima ratu Kalingga).

Sanjaya (anak Sena) berniat menuntut balas terhadap keluarga Purbasora. Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa (sahabat Sena). Hasratnya dilaksanakan setelah menjadi Raja Sunda yang memerintah atas nama istrinya. Sebelum itu ia telah menyiapkan pasukan khusus di daerah Gunung Sawal atas bantuan Rabuyut Sawal yang juga sahabat baik Sena. Pasukan khusus ini langsung dipimpin Sanjaya, sedangkan pasukan Sunda dipimpin Patih Anggada. Serangan dilakukan malam hari dengan diam-diam dan mendadak. Seluruh keluarga Purbasora gugur. Yang berhasil meloloskan diri hanyalah Patih Galuh (menantu Purbasora) bersama segelintir pasukan. Ia bernama Bimaraksa yang lebih dikenal dengan Ki Balangantrang karena ia merangkap sebagai senapati kerajaan.

Balangantrang adalah juga cucu Wretikandayun dari putera kedua bernama Resi Guru Jantaka atau Rahiyang Kidul. Tokoh inipun tak bisa menggantikan Wretikandayun karena menderita “KEMIR” (Hernia). Balangantrang bersembunyi di kampung Geger Sunten dan dengan diam-diam ia menghimpun kekuatan anti Sanjaya. Ia mendapat dukungan dari raja-raja di daerah Kuningan dan juga sisa-sisa laskar Indraprhasta setelah kerajaan itu juga dilumatkan oleh Sanjaya sebagai pembalasan karena dulu membantu Purbasora menjatuhkan Sena.

Sanjaya mendapat pesan dari ayahnya (Sena), bahwa kecuali Purbasora, anggota keluarga Keraton Galuh lainnya harus tetap dihormati. Sanjaya sendiri tidak berhasrat menjadi penguasa Galuh. Ia melalukan penyerangan hanya untuk menghapus dendam ayahnya. Setelah berhasil mengalahkan Purbasora, ia segera menghubungi Sempakwaja (uanya= kakak ayahnya) di Galunggung dan meminta beliau agar Demunawan(adik Purbasora) direstui menjadi penguasa Galuh. Akan tetapi Sempakwaja menolak permohonan itu karena takut kalau-kalau hal tersebut merupakan muslihat Sanjaya untuk melenyapkan Demunawan. Sanjaya sendiri tidak bisa menghubungi Balangantrang (putera Resi Jantaka) karena ia tak mengetahui keberadaannya.

Akhirnya Sanjaya termpaksa mengambil hak untuk dinobatkan sebagai Raja Galuh. Ia menyadari bahwa kehadirannya di Galuh kurang disenangi. Selain itu sebagai Raja Sunda ia sendiri harus berkedudukan di Pakuan. Untuk pimpinan pemerintahan di Galuh ia menganngkat Premana Dikusuma (cucu Purbasora). Premana Dikusuma saat itu berkedudukan sebagai raja daerah. Dalam usia 43 tahun (lahir tahun 683 M), ia telah dikenal sebagai rajaresi karena ketekunannya mendalami agama dan bertapa sejak muda. Ia dijuluki Bagawat sajalajala. Penunjukkan Premana oleh Sanjaya cukup beralasan karena ia cucu Purbasora. Selain itu, istrinya Naganingrum adalah cucu Ki Balangantrang. Jadi suami istri itu mewakili keturunan Sempakwaja dan Jantaka (putera pertama dan kedua Wretikandayun).

[Pasangan Premana dan Naganingrum memiliki putera bernama Surotama alias Manarah (lahir 718 M, jadi ia baru berusia 5 tahun ketika Sanjaya menyerang Galuh). Surotama atau Manarah dikenal dalam literatur Sunda klasik sebagai CIUNG WANARA. Kelak dikemudian hari, Ki Bimaraksa alias Ki Balangantrang (buyut dari ibu) yang akan mengurai kisah sedih yang menimpa keluarga leluhurnya dan sekaligus menyiapkan Manarah untuk melakukan pembalasan].

Untuk mengikat kesetiaan Premana Dikusumah terhadap pemerintahan pusat di Pakuan, Sanjaya menjodohkan Raja Galuh ini dengan Dewi Pangreyep (puteri Anggada, Patih Sunda). Selain itu Sanjaya menunjuk puteranya (Tamperan) sebagai Patih Galuh sekaligus memimpin “garnizun” Sunda di Ibukota Galuh.

Premana Dikusumah menerima kedudukan Raja Galuh karena terpaksa keadaan. Ia tidak berani menolak karena Sanjaya memiliki sifat seperti Purnawarman, baik hati terhadap raja bawahan yang setia kepadanya dan sekaligus tak mengenal ampun terhadap musuh-musuhnya. Penolakan Sempakwaja dan Demunawan masih bisa diterima oleh Sanjaya karena mereka tergolong angkatan tua yang harus dihormatinya. Kedudukan Premana serba sulit, ia sebagai Raja Galuh yang menjadi bawahan Raja Sunda yang berarti harus tunduk kepada Sanjaya yang telah membunuh Kakeknya.

Karena kemelut seperti itu, maka ia lebih memilih meninggalkan istana untuk bertapa di dekat perbatasan Sunda sebelah timur Citarum dan sekaligus juga meninggalkan istrinya (Pangreyep). Urusan pemerintahan diserahkannya kepada Tamperan, Patih Galuh yang sekaligus menjadi “mata dan telinga” Sanjaya.

Tamperan mewarisi watak buyutnya, Mandiminyak (Seneng bikin skandal :-) ). Tamperan dan Pangreyep (Istri Premana) terlibat skandal dan hasilnya adalah kelahiran Kamarasa alias Banga (723 M). Skandal ini terjadi karena beberapa alasan, pertama Pangreyep pengantin baru berusia 19 tahun dan kemudian ditinggal suami bertapa; kedua keduanya berusia sebaya dan telah berkenalan sejak lama di Keraton Pakuan dan sama-sama cicit Maharaja Tarusbawa; ketiga mereka sama-sama merasakan derita batin karena kehadirannya sebagai orang Sunda di Galuh kurang disenangi. [untuk menhapus jejak Tamperan mengupah seseorang membunuh Premana dan sekaligus diikuti pasukan lainnya sehingga pembunuh Premana pun dibunuh pula. Semua kejadian ini rupanya tercium oleh senapati tua Ki Balangantrang]

Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan Medang dari orang tuanya. Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia mengatur pembagian kekuasaan antara puteranya (Tamperan) dan Resiguru Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi kekuasaan Tamperan, sedangkan Kerajaan Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resiguru Demunawan (putera bungsu Sempakwaja).

Demikianlah Tamperan menjadi penguasa Sunda-Galuh melanjutkan kedudukan ayahnya dari tahun 732 – 739 M. Sementara itu Manarah (Ciung Wanara) secara diam-diam menyiapkan rencana perebutan tahta Galuh dengan bimbingan buyutnya Ki Balangantrang di Geger Sunten. Rupanya Tamperan lalai mengawasi anak tirinya ini yang ia perlakukan seperti anak sendiri.

Sesuai dengan rencana Balangantrang, penyerbuan ke Galuh dilakukan siang hari bertepatan dengan pesta sabung ayam. Semua pembesar kerajaan hadir, termasuk Banga. Manarah bersama anggota pasukannya hadir dalam gelanggang sebagai penyabung ayam. Balangantrang memimpin pasukan Geger Sunten menyerang keraton. Kudeta itu berhasil dalam waktu singkat seperti peristiwa tahun 723 ketika sanjaya berhasil menguasai Galuh dalam tempo satu malam. Raja dan permaisuri Pangreyep termasuk Banga dapat ditawan di gelanggang sabung ayam.

Bangga kemudian dibiarkan bebas. Pada malam harinya ia berhasil membebaskan Tamperan dan Pangreyep dari tahanan. Akan tetapi hal itu diketahui oleh pasukan pengawal yang segera memberitahukannya kepada Manarah. Terjadilah pertarungan antara Banga dan Manarah yang berakhir dengan kekalahan Banga. Sementara itu pasukan yang mengejar raja dan permaisuri melepaskan panah-panahnya di dalam kegelapan sehingga menewaskan Tamperan dan Pangreyep.

Berita kematian Tamperan didengar oleh Sanjaya yang ketika itu memerintah di Medang yang kemudian dengan pasukan besar menyerang purasaba Galuh. Namun Manarah telah menduga itu sehingga ia telah menyiapkan pasukan yang juga didukung oleh sisa-sisa pasukan Indraprahasta (ketika itu sudah berubah nama menjadi Wanagiri) dan raja-raja di daerah Kuningan yang pernah dipecundangi Sanjaya.

Perang besar sesama keturunan Wretikandayun itu akhirnya bisa dilerai oleh Rajaresi Demunawan (lahir 646 M, ketika itu berusia 93 tahun). Dalam perundingan di keraton Galuh dicapai kesepakatan: Galuh diserahkan kepada Manarah dan Sunda kepada Banga. Demikianlah lewat perjanjian Galuh tahun 739 ini, Sunda dan Galuh yang selama periode 723 – 739 berada dalam satu kekuasan terpecah kembali. Dalam perjanjian itu ditetapkan pula bahwa Banga menjadi raja bawahan. Meski Banga kurang senang, tetapi ia menerima kedudukan itu. Ia sendiri merasa bahwa ia bisa tetap hidup atas kebaikan hati Manarah. Untuk memperteguh perjanjian, Manarah dan Banga dijodohkan dengan kedua cicit Demunawan. Manarah sebagai penguasa Galuh bergelar Prabu Jayaprakosa Mandaleswara Salakabuana memperistri Kancanawangi. Banga sebagai Raja Sunda bergelar Prabu Kretabuana Yasawiguna Aji Mulya berjodoh dengan Kancanasari adik Kancanawangi.

Naskah tua dari kabuyutan Ciburuy (Bayongbong, Garut) yang ditulis dalam abad ke-13 atau ke-14 memberitakan bahwa Rakeyan Banga pernah membangun Parit Pakuan. Hal ini dilakukannya sebagai persiapan untuk mengukuhkan diri sebagai raja yang merdeka. Ia harus berjuang 20 tahun sebelum berhasil menjadi penguasa yang diakui di sebelah barat Citarum dan lepas dari kedudukan sebagi raja bawahan Galuh. Ia memerintah 27 tahun lamanya (739 – 766). Manarah di Galuh memerintah sampai tahun 783. Ia dikaruniai umur panjang. Dalam tahun tersebut ia melakukan “Manurajasuniya” (mengundurkan diri dari tahta kerajaan untuk melakukan tapa sampai akhir hayat) dan baru wafat tahun 798 dalam usia 80 tahun.

[Dalam naskah-naskah babad, posisi Manarah dan Banga ini dikacaukan, tidak saja dalam hal usia (Banga dianggap lebih tua), tetapi juga dalam penempatan mereka sebagai raja. Dalam naskah-naskah tua, silsilah Raja-raja Pakuan selalu dimulai dengan tokoh Banga. Kekacauan silsilah dan penempatan posisi itu mulai tampak dalam naskah Carita Waruga Guru yang ditulis dalam pertengahan abad 18. Kekeliruan paling menyolok dalam babad ialah kisah Banga yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Majapahit, padahal Majapahit baru didirikan oleh Wijaya dalam tahun 1293 (527 tahun setelah Banga wafat). Kekalutan itu dapat dibandingkan dengan kisah pertemuan WALANGSUNGSANG dengan SAYIDINA ALI yang masa hidupnya berselisih 8 1/2 abad].

Keturunan Manarah putus hanya sampai cicitnya yang bernama Prabu Linggabumi (813 – 852). Tahta Galuh diserahkan kepada suami adiknya yaitu Rakeyan Wuwus alias Prabu Gajah Kulon (819 – 891) cicit Banga yang menjadi Raja Sunda ke-8 (dihitung dari Tarusbawa). Sejak tahun 852 M kedua kerajaan pecahan Tarumanagara itu diperintah oleh keturunan Banga sebagai akibat perkawinan diantara para kerabat keraton: Sunda; Galuh dan Kuningan (Saunggalah).

Sri Jayabupati yang prasastinya telah dibicarakan di muka adalah Raja Sunda yang ke-20. Ia putra Sanghyang Ageng (1019 – 1030 M). Ibunya seorang puteri Sriwijaya dan masih kerabat dekat Raja Wurawuri. Permaisuri Sri Jayabupati adalah puteri Darmawangsa (adik Dewi Laksmi isteri Airlangga). Karena pernikahan tersebut Jayabupati mendapat anugerah gelar dari mertuanya (Darmawangsa). Gelar itulah yang dicantumkannya dalam Prasasti Cibadak.

[Raja Sri Jayabupati pernah mengalami peristiwa tragis. Dalam kedudukannya sebagai Putera Mahkota Sunda keturunan Sriwijaya dan menantu Darmawangsa, ia harus menyaksikan permusuhan yang makin menjadi-jadi antara Sriwijaya dengan mertuanya (Darmawangsa). Pada puncak krisis ia hanya menjadi 'penonton' dan terpaksa tinggal diam dalam kekecewaan karena harus 'menyaksikan' Darmawangsa diserang dan dibinasakan oleh raja Wurawuri atas dukungan Sriwijaya. Ia diberi tahu akan terjadinya serbuan itu oleh pihak Sriwijaya, akan tetapi ia dan ayahnya 'diancam' agar bersikap netral dalam hal ini. Serangan Wurawuri yang dalam prasasti Calcuta (disimpan di sana) disebut Pralaya itu terjadi tahun 1019 M.

Di bawah ini adalah urutan Raja-raja Sunda sampai Sri Jaya Bupati yang berjumlah 20 orang:

1. Maharaja Tarusbawa 669 – 723 M
2. Sanjaya Harisdarma (cucu-menantu no. 1) 723 – 732 M
3. Tamperan Barmawijaya 732 – 739 M
4. Rakeyan Banga 739 – 766 M
5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang 766 – 783 M
6. Prabu Gilingwesi (menantu no. 5) 783 – 795 M
7. Pucukbumi Darmeswara (menantu no. 6) 795 – 819 M
8. Prabu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus 819 – 891 M
9. Prabu Darmaraksa (adik-ipar no. 8) 891 – 895 M
10. Windusakti Prabu Dewageng 895 – 913 M
11. Rakeyan Kemuning Gading Prabu Pucukwesi 913 – 916 M
12. Rakeyan Jayagiri Prabu Wanayasa (menantu no. 11) 916 – 942 M
13. Prabu Resi Atmayadarma Hariwangsa 942 – 954 M
14. Limbur Kancana (putera no. 11) 954 – 964 M
15. Prabu Munding Ganawirya 964 – 973 M
16. Prabu Jayagiri Rakeyan Wulung Gadung 973 – 989 M
17. Prabu Brajawisesa 989 – 1012 M
18. Prabu Dewa Sanghyang 1012 – 1019 M
19. Prabu Sanghyang Ageng 1019 – 1030 M
20. Prabu Detya Maharaja Sri Jayabupati 1030 – 1042 M

Kecuali Tarusbawa (no. 1), Banga (no. 4) – Darmeswara (no. 7) yang hanyaberkuasa di kawasan sebelat barat Citarum, raja-raja yang lainnya berkuasa di Sunda dan Galuh

Bersambung…
By Muhamad Husni Thamrin
Sumber: Saleh Danasasmita. 1983. Sejarah Bogor (Bagian I). PEMDA DT II Bogor
Like this:
Like
Be the first to like this post.
This entry was posted in Kajian Atlantis Sunda. Bookmark the permalink.
← JAMAN PAJAJARAN (1482 – 1579)
Pantun Sunda →
Leave a Reply Cancel reply
Enter your comment here...

Fill in your details below or click an icon to log in:

*
*
*
*

Gravatar
Email (required) (Not published)
Name (required)
Website
WordPress.com Logo

Please log in to WordPress.com to post a comment to your blog.
Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. ( Log Out / Change )
Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. ( Log Out / Change )
Cancel

Connecting to %s

Notify me of follow-up comments via email.

*
SEGERA TERBIT

http://ufukpress.com/index.php
*
*
Ka Disparbud Jabar

*
International Conference on Reinventing Sunda Civilization, held by:

Dinas Parawisata dan Budaya Provinsi Jawa Barat

Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO
*
Piramida Sadahurip

Piramida SAadahurip
*
Piramida Klotok Yogya

Hipotesis Piramida Klotok Jogyakarta
*
Situs Purbakala Batu Jaya Karawang
*
Buku Karya Prof.Dr. Arisiyo Santos
[Atlantis - Indonesia]

Atlanis Indonesia
*
Sampul Buku “Eden in The East”

Cover buku "Eden in The East" Karya Stephen Oppenheimer
*

Piramida Lalakon
*
First Meeting

Wiena Sundari, Stephen Oppenheimer, Ahmad Samantho. Oman Abdurahman & Johan Arif
*
Abah Hidayat Suryalaga (tengah) bersama Dede Yusuf dan Sutrisno Bachir

Abah Hidayat Suryalaga (tengah) bersama Dede Yusuf dan Sutrisno Bachir
*
Archives
o November 2011
o October 2011
o September 2011
o August 2011
o July 2011
o June 2011
o May 2011
o April 2011
o March 2011
o February 2011
o January 2011
o December 2010
o November 2010
o October 2010
o September 2010

*
Blog Stats
o 68,575 hits
*
Recent Posts
o Peluang Bisnis Pembuatan Gamelan
o Diduga Ada Tiga Piramida Lain di Garut. Tiga piramida ini terpendam di dalam Gunung Putri, Gunung Kaledong dan Haruman, Garu
o Pantun Sunda
o KERAJAAN SUNDA SAMPAI MASA SRI JAYABUPATI
o JAMAN PAJAJARAN (1482 – 1579)
o Rahasia Suku Malayu di Pariangan
o SEJARAH KOTA BOGOR
o PRASASTI BATUTULIS
o JEJAK MEGALITIK DI GUNUNG SALAK, BOGOR
o Ditemukan Piramadina di Jabar, Jateng dan Jatim
o Artefak Misterius, terkait Sejarah Lemurian-Atlantis ?
o Nusantara as a center of Atlantean+Lemurian Civilization
o Nusantara sebagai Pusat Awal Peradaban Dunia
o KAJIAN FILOSOFIS DAN SIMBOLIS KUJANG
o Paradiso Tersembunyi Tanah Pasundan
o Polemik Atlantis Indonesia Bisa Jadi Peluang Wisata
o Diaspora Nenek Moyang Asia-Eropa dari Asia Tenggara
o Apa bedanya suku Baduy Arab dengan Baduy Kanekes Banten?
o Forbidden Archeology
o Piramida di Pasir Sanghyang
*
Search for:
*
Top Posts
o Piramida peninggalan jaman prasejarah di Gunung Padang Cianjur ?
o Membongkar Isi Perut 'Gunung Piramida Lalakon Soreang Bandung"
o Piramida Gunung Sadahurip Garut Jawa Barat
o Diduga Ada Tiga Piramida Lain di Garut. Tiga piramida ini terpendam di dalam Gunung Putri, Gunung Kaledong dan Haruman, Garu
o TANAH JAWA : TANAH KERAMAT, TANAH PARA NABI
o Kerajaan Kandis adalah Atlantis ?
o Jejak Atlantis, Taprobane, dan Avatar Indonesia
o Benteng Raksasa Bawah laut di Pantai Jayapura Papua, Siapa yang membuatnya?
o Ahmad Heryawan: (Peradaban) Sunda Land Harus Diakui Unesco
o Artefak Misterius, terkait Sejarah Lemurian-Atlantis ?
*
Tags
*
Blogroll
o Arkeologi Sunda Bujangga Manik
o Atlantis and The Atlantean Universal Spirituality
o Atlantis Lemuria Indonesia
o Atlantis, The Lost Continent has Finnaly Found, by Arisyio Santos
o Bayt al-Hikmah Institute
o Buana Pala
o Cita-Citarum
o Crossing Borders in South East Asian Archaeology
o Dinas Parawisata dan Budaya Provinsi Jawa Barat
o Documentation
o http://www.jelajahbudaya-jabar.net/
o Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO
o Perennial Philosophy (Falsafah Abadi)
o Plugins
o Portal Komunitas Sunda
o Religious World
o Stephen Oppenheimer – Bradshaw Foundation
o Stephen Oppenheimer Profile
o Suggest Ideas
o Sunda Self Archaeological Project
o Support Forum
o Themes
o Urang Sunda
o Warta Geologi
o WordPress Blog
o WordPress Planet
o World Wisdom
o Yayasan SKKS
*
Top Clicks
o nasional.vivanews.com/new…
o arkeologisunda.blogspot.c…
o nasional.vivanews.com/new…
o nasional.vivanews.com/new…
o nasional.vivanews.com/new…
o ahmadsamantho.wordpress.c…
o fokus.vivanews.com/news/r…
o atlan.org
o citarum.org
o youtube.com/watch?v=H52n4…
*

November 2011 M T W T F S S
« Oct
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30
*
Archives
o November 2011
o October 2011
o September 2011
o August 2011
o July 2011
o June 2011
o May 2011
o April 2011
o March 2011
o February 2011
o January 2011
o December 2010
o November 2010
o October 2010
o September 2010
*
*
Recent Comments
Akidnandika on Peneliti LIPI: Tidak Ada Piram…
c2no37 on TRITANGTU: KONSEP FALSAFAH SUN…
Wiando Adiwinata on Piramida Gunung Sadahurip Garu…
Toto susanto on Diduga Ada Tiga Piramida Lain …
Toto susanto on JEJAK MEGALITIK DI GUNUNG SALA…
*
Follow Blog via Email

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 12 other followers

*
*
Email Subscription

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 12 other followers

*

Theme: Coraline by Automattic. Blog at WordPress.com.
Follow
Follow Reinventing Atlantis Ancient Sunda Land Civilization

Get every new post delivered to your Inbox.

Powered by WordPress.com